THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 22 April 2010

Tari Badaya Ketawang


Tari Bedaya Ketawang





Naskah tertua yang menyebut-nyebut tentang tokoh mistik ini adalah Babad Tanah Jawi[1]. Panembahan Senapati adalah orang pertama yang disebut sebagai raja yang menyunting Sang Ratu Kidul. Dari kepercayaan ini diciptakan Tari Bedaya Ketawang dari kraton Kasunanan Surakarta (pada masa Sunan Pakubuwana I), yang digelar setiap tahun, yang dipercaya sebagai persembahan kepada Kanjeng Ratu Kidul. Sunan duduk di samping kursi kosong yang disediakan bagi Sang Ratu Kidul. Pengamat sejarah kebanyakan beranggapan, keyakinan akan
Kanjeng Ratu Kidul memang dibuat untuk melegitimasi kekuasaan dinasti Mataram.

Kata jonggring adalah singkatan dari jonggring salaka yang berasal dari jong giri ng Kailaca' tempat persemayaman dewa-dewa dalam pewayangan'. Maksud yang sebenarnya ialah Kailacacikhara (puncak gunung Kailaca), persemayaman Dewa Ciwa dengan Dewi Dehardha ketika menciptakan alam semesta pada detik permulaan kalpa.


Penciptaan alam semesta dilambangkan dengan tarian yang dilakukan oleh Dewa Ciwa yang disebut Natareja, raja dari segala penari. Dalam perkembangannya Dewa Ciwa dibantu oleh Dewi Dehardha sebagai sakti-nya. Hal itu menunjuk kepada agama Tantra atau saktism, yaitu pemujaan kepada dewi-dewi sebagai sakti (energi, kekuatan) daripada dewa-dewa. Yang terutama ialah Dewi Mahamaya yang membunuh raksasa Mahisasura. Di tanah Tamil (jazirah India Selatan) pemujaan berkembang menjadi pemujaan Kanyakumari yang menguasai Laut Selatan (dewi ibu alam semesta) yang mula-mula hanya seorang, kemudian berkembang menjadi tujuh, lalu delapan, dan yang terakhir jumlahnya adalah enam belas.


Dewi Mahisasuramardini di kompleks Candi Prambanan diidentifikasikan dengan Lorojonggrang, si Dara Langsing. Kanyakumari, penguasa Samudra India diidentifikasi dengan Nyai Roro Kidul, sehingga terjadi identifikasi Kanyakumari = Mahisasuramardini = Dungga = Nyai ratu Kidul = Lorojonggrang. Nyai Ratu Kidul sebagai sakti sri Susuhunan Paku Buwana, sebagai manifestasi Dewa Ciwa, membantu mencipta dan memelihara alam semesta. Dalam tari Bedaya Ketawang, Nyai Ratu Kidul menggandakan dirinya menjadi namawatrika (sembilan dewi ibu alam semesta).


Bangunan jonggring di kompleks Keraton Surakarta merupakan replika Kailacacikhara, tempat Dewa Ciwa (dalam manifestasinya sebagai Sri Susuhunan) dibantu Nyai Ratu Kidul bersamadi untuk memelihara alam semesta.

0 komentar: